Gua Maria Sendang Sriningsih

Gua Maria Sendang Sriningsih

Gua Maria Sendang Sriningsih


Riwayat Sendang Sriningsih dimulai pada tahun 1934, ketika seorang Jesuit bernama D Hardjosuwondo SJ yang ditugaskan di Dusun Jali berkunjung ke sendang yang dulu masih bernama Sendang Duren. Terpesona oleh aura spiritualnya, ia kemudian membangun lokasi sekitar sendang itu menjadi tempat ziarah dan kemudian menamai ulang sendang menjadi Sendang Sriningsih, artinya perantara rahmat Tuhan pada umatnya.

Gua Maria Sendang Sriningsih berada di Stasi Dalem, Paroki Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi, Dusun Jali, Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jaraknya dari pusat Kota Yogyakarta sekitar 30 kilometer. Gua ini berada di lereng Perbukitan Seribu. Dari atas perbukitan itu, pada malam hari, para peziarah dapat memandang keindahan Kota Klaten Gua Maria Sendang Sriningsih selalu ramai dikunjungi umat. Lebih­-lebih lagi pada malam Jumat Kliwon, jumlahnya berlimpah karena diada­kan Misa Novena yang diadakan pada pukul 21.00 Wib. Seusai perayaan Ekaristi, biasanya diadakan upacara Penghormatan Sakramen Maha kudus atau yang sering disebut Astuti.

Lokasi gua tersebut ditemukan pada tahun 1936 oleh Pastor Hardjo­suwondo. Di situ adamata air yang disebut Sendang Duren. Suasananya teduh, sejuk clan menenteram­kanhati. Di sekitarnya tumbuh pohon beringin, gayam, mang­ga dan pohon jati. Sebabitu, masyarakat setempat menganggap angker tempat itu. Lahan itu dimiliki oleh Ny. Sutoikromo Rejosari. Tempat itu lazirn digunakan untuk bertapa dan bersemadi. Ro­mo sangat terinspirasi untuk membangun Gua Maria di situ. Akhirnya tanah itu berhasil dibeli oleh Romo Hardjosuwondo pada tahun 1936 atas nama Bapak lg. Atmosuwito.

Pembangunan gua dimulai dengan pembuatan bak untuk menampung air yang selalu mengalir. Di samping bak air itu dibangun rumah joglo yang dibeli dari daerah Gading, Gunung Kidul. Patung Maria yang sedang menimang bayi Yesus ditempatkan di dalam rumah itu. Patung itu dibikin oleh Bapak Brotosurnarto dari Serut dan dibantu oleh Bapak Brotosukisno dari Jali. Bahan dasarnya terbuat dari batu murni yang diambil dari Kaligesing wilayah Pathuk, Gunung Kidul. Selain itu, dibangun stasi-stasi untuk proses Jalan Salib. Setelah selesai, gua ini diberi nama Sendang Sriningsih. Meski masih sederhana, gua ini mulai dijadikan tempat ziarah oleh umat sekitarnya, terutama dari Stasi Jali, Paroki Wedi dan Klaten.

Seiring dengan perjalanan waktu, komplek Sendang Sriningsih senantiasa dibenahi tata letak dan desainnya. Pada tahun 1953 dibangun Gua Maria di sebelah barat ditambah altar yang cukup megah untuk ukuran waktu itu. Stasi-stasi jalan salib juga diremajakan. Sejak saat itu, Sendang Sriningsih lebih dikenal oleh masyarakat luar. Namun, dalam rentang waktu tertentu, gua ini sepi pengunjung, bahkan ditelantarkan perawatannya karena kesulitan dana.

Pada tahun 1958, pengelolaan gua ini diserahkan kepada lembaga Katolik Jali Gayamprit. Salah satu kegiatannya adalah memperlebar halaman gua ke arah utara. Gua Maria dipindahkan ke selatan menghadap utara. Rumah joglo dipindahkan ke halaman Sendang Sriningsih sebelah utara (tempat joglo sekarang). Patung Bunda Maria diganti dengan patung baru hasil karya Romo A. Soenarjo, SJ. Jalan menuju gua juga dipindah lewat utara. Untuk menjamin pemeliharaan Gua Sendang Sriningsih selanjutnya, sejak tahun 1976 pengelolaannya diserahkan kepada Paroki Wedi. Berdasarkan keputusan itu, dibentuklah Panitia Sriningsih (PANSRI). Di bawah PANSRI, pengelolaan gua ini mengalami peningkatan dan keberadaannya semakin dikenal di kalangan umat Katolik.

Sejak April 1979, PANSRI .memasang salib besar di bukit Golgota, membangun Gua Maria baru dan membangun sebuah Kapel berbentuk joglo. Akhirnya, pada 19 Agustus 1979, Kardinal Yustinus Darmoyuwono selaku Uskup Agung Semarang meres­mikan Gua Maria Sriningsih. Sejak itu, jumlah peziarah yang ber­kunjung ke tempat suci itu semakin bertambah.

Ritual ibadah di sendang ini diselenggarakan sembilan kali setahun setiap malam Jumat Kliwon, hari keramat dalam masyarakat Jawa. Saat itu, digelar doa dan misa dengan jumlah peziarah bisa mencapai ribuan orang. Ritual ibadah di malan Jumat Kliwon itu sekaligus menunjukkan adanya perpaduan budaya Jawa dan budaya Katolik di wilayah itu.

Rute :

Dari jalan raya Yogya - Solo, masuk lewat pertigaan pompa bensin Pandan Simping.

Informasi :

Gereja Santa Maria Bunda Kristus Tanjunganom Gadungan - Wedi - Klaten 5741

Telp: 0272 322797

Kembali Ke Daftar Gua Maria Di Indonesia

Demikianlah Gua Maria Sendang Sriningsih, semoga bermanfaat.

Baca Juga Injil, Renungan dan Santo Santa THEKATOLIK.COM Lainnya di Google News

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url